Senin, 25 Juli 2011

Handsome Prince in the Bus

                     Aku tak tahu apa yang kurasakan..dalam hatiku saat pertama kali..
Lihat dirimu melihatmu..Seluruh tubuhku terpaku dan membisu..
Detak jantungku berdetak tak menentu…
Sepertinya aku tak ingin berlalu…
Sebuah petikan gitar dan suara halus seorang pengamen manyadarkanku dari lamunan pendekku,perlahan aku tolehkan kepalaku mencari arah suara itu berasal dan kemudian tertegun setelah mendapatkan sesosok  “Pangeran” namun kali ini bukan pangeran berkuda putih melainkan pangeran bergitar dalam bis.
Oh my God…..cakep bangeeetttt….!!! Baru kali ini gue lihat pengamen secakep itu..!!!” batinku sambil terus memandanginya penuh rasa kagum dan tersenyum.
Lagupun selesai dinyanyikan dan bis pun akan melaju,dengan tergesa-gesa pengamen itu segera menyodorkan sebuah kantong plastik bekas dan mulai menyapa setiap penumpang yang ada dalam bis itu dan berharap  kerelaan mereka semua untuk memberikan sedikit uang kecil. Namun, aku masih tertegun melihatnya sampai tak sadar ketika dia menyodorkan kantong plastik itu padaku.
Permisi teh ….”
Akupun tersentak dan salah tingkah,sambil mencari-cari uang receh aku masih berusaha untuk mengendalikan diriku. Lalu selembar uang bergambar Pattimura pun segera kumasukan ke dalam kantong palstik yang dia sodorkan.
“Nuhun teh …” balasnya dan akupun hanya menbalas dengan senyuman.
Kemudian dia pun turun dari bis itu dan bis pun segera berlalu meninggalkan terminal Ciamis.
Perjalanan dari Ciamis ke kotaku kurang lebih memakan waktu satu setengah jam, dan selama waktu itu aku masih saja terbayang sesosok pangeran yang baru saja kutemui sambil terus melebarkan senyum setiap kali mengingat senyumannya yang manis.
Kenapa mba senyum-senyum sendiri??? Gila ya???” Suara Pak Karim, kondektur bis itu mengagetkanku.
he…he…. Gak lakh pak,lagi seneng aja” jawabku sambil menyembulkan senyum.
Wah…seneng kenapa???
Baru jadian kali pak…” sebuah suara terdengar dari arah belakang, namanya zang-zang, salah satu crew bis itu.
Gak usah sok tahu deh…!!! Nimbrung aja kalo orang lagi ngobrol…!!!” jawabku kesal.
Yach… aku dan orang-orang dalam bis itu sudah seperti keluarga,setiap hari aku harus bolak-balik Ciamis-Cilacap,dan bis yang menurutku paling nyaman adalah bis itu, ber-AC, murah dan orang-orang yang ada dalam bis itu juga ramah-ramah, bahkan kadang-kadang aku gak perlu mengeluarkan uang untuk transport,hehe… ya beruntung karena aku bertemu dengan orang-orang baik seperti mereka. Meskipun ya…seperti tadi,pertengkaran kecil sering terjadi antara aku dan orang-orang itu, but it’s not big problem.
Hahaha….makanya jangan suka ngelamun sambil senyum-senyum kayak orang gila gitu..!!! udah jelek makin jelek aja loe kalo ngelamun!!!”
Bawel banget sich jadi orang!!!”
“hahaha….udah…udah…jangan diledek terus zang,nanti dia nangis” lerai pak Karim sambil ikut meledek dan semua orang dalan bis itu pun tertawa mendengarnya. Namun,aku tak menggubris dan melanjutkan lamunanku.
Satu setengah jam berlalu dan akhirnya aku sampai di desaku,aku turun disebuah pertigaan,desaku adalah sebuah desa yang tidak terlalu kecil,tapi juga tidak terlalu besar. Akupun segera turun dari bis dan mengabaikan suara mas Zang-zang yang masih saja terdengar.
Dari pertigaan itu aku harus berjalan lagi,kurang lebih 5 menit. Yach dan dalam perjalanan singkat itu aku masih saja teringat bayangan pangeran dalam bis. Sosok yang membuatku tak berhenti tersenyum sepanjang perjalanan. Bahkan sesampainya dirumahpun bayangan itu masih saja melekat dan tak mau menghilang dari benakku. Otak ini penuh dengan memori tentang sosok yang baru beberapa jam yang lalu aku temui namun sudah menyita banyak waktuku untuk memikirkannya.
“Duhh….penasaran!!! siapa yach namanya??? Pokoknya gue musti bisa kenal sama tuh cowok..!!! WAJIB…!!!!” batinku penuh semangat.
Lima menit berlalu dan aku sampai deidepan sebuah rumah tua yang sudah mulai keropos. Yach…dan itu lah rumahku. Rumah besar yang sudah cukup tua namun belum pernah direnovasi sedikitpun.
Akupun segera masuk dan menuju dapur untuk mencari makanan untuk cacing-cacing dalam perutku yang sudah berdemo sejak tadi siangdan tak berhemti meneriakkan “LAPAR”. Sepiring nasi dan teman-temannya pun segera kulahap tanpa banyak waktu.
***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar