Rabu, 09 Mei 2012

My Life Will be Better...

Will be better without you 
Umur... selalu bertambah, dan cerita dalam kehidupan ku semakin banyak. Cerita yang tidak pernah kusangka akan terjadi dalam kehidupan ku. Betul kata orang, dunia itu penuh dengan misteri, kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi nanti,esok,atau pun lusa. Dan ketika waktu itu datang, kita hanya punya 2 pilihan, menjalani hari itu atau menyerah dan terus mencoba kembali pada masa lalu yang menurut kita jauh lebih baik dari masa itu. Seperti cerita ku, sebuah cerita cinta yang memilukan dan terlalu sedih untuk dikenang. Cerita yang dulu bagiku mungkin hanya akan ada pada cerita-cerita di sebuah sinetron. Tapi, nyatanya cerita ini aku alami sendiri.Sebuah hubungan yang baru seumur jagung, sebuah hubungan yang aku pikir akan bertahan lama, sebuah hubungan yang berlandaskan ketulusan tanpa memandang siapa dia, apa dia, dan seperti apa dia. Tiba-tiba harus berakhir dengan sangat menyakitkan. Bukannya aku tak tahu jika hal ini akan terjadi, aku sudah tahu hal ini akan terjadi cepat atau lambat, tapi bukan dengan cara yang begitu menyakitkan seperti ini. Aku tahu dia anak pertama dan keluarganya sangat menginginkannya untuk segera menikah, dan dia pun tahu aku anak bungsu yang masih mempunyai kakak perempuan yang belum menikah. Tapi, kita masih saja menjalani hubungan ini dengan berharap salah satu dari kita akan berubah pikiran dan mengalah. Bukannya aku tidak mau mengalah, jika aku adalah seseorang yang egois, mungkin aku akan meninggalkan keluargaku dan pergi bersamanya. Tapi, sayangnya rasa sayang ku padanya kalah jika harus aku bandingkan dengan rasa sayang pada keluargaku. Dengan segala pengorbanan yang sudah keluargaku berikan demi mewujudkan cita-cita ku untuk melanjutkan pendidikan ku ke tingkat yang lebih tinggi, sebuah hal yang tidak akan mungkin terjadi jika aku harus meninggalkan mereka demi seorang "KAMU". Dan begitu pula sebaliknya, aku tahu rasa sayangnya pada keluarganya juga melebihi rasa sayangnya padaku. Maka inilah jalan terbaik. Tapi bukan itu yang aku sesal kan, tapi caranya yang menyakitkan ku. Tanpa menunggu keputusanku, dia sudah mengambil keputusan, sudah memiliki rencana indah dengan orang lain. Dalam hal ini siapa yang tidak akan curiga??? tapi aku selalu berusaha tetap percaya, mungkin kenyataannya tidak seburuk yang aku pikirkan, meskipun aku enggan untuk mendengarkan penjelasannya. Hal itu karena apapun penjelasan yang dia berikan, pada akhirnya itu hanya akan membuat hatiku menjadi lebih hancur. Rapuh??? mungkin "YA" aku rapuh, rapuh karena berkali-kali merasakan rasa sakit, bahkan terlalu rapuh untuk menjalani cobaan ini. Cobaan yang kuanggap mungkin tidak akan bisa aku lalui, tapi kenyataannya aku bisa. Dan itu karena mereka, "sahabat-sahabatku" selalu mendukung ku. Tapi mungkin akan sulit untuk melupakan hari dimana aku harus meneteskan air mata ku selama berhari-hari dan hari dimana nafsu makan ku hilang, dan hari yang membuatku tak bersemangat untuk hidup. Yaitu, hari dimana kejujuran itu dia ungkapkan, ketika dia meminta restu ku untuk meminang seorang gadis, dan yang pasti itu bukan aku.Disaat aku belum mengambil sebuah keputusan, dan akhirnya hari itu terjadi. Ketika semua kebahagiaan hilang dan terkubur bersama kenangan sesaat yang indah. Dan aku masih terus menegarkan hatiku untuk menyambut hari bahagia mereka, detik demi detik,hari demi hari, minggu demi minggu. Sampai puncak kesedihan ku itu datang, dan janur kuning pun melengkung. Aku berpikir, adakah yang bisa merasakan perasaan ku saat itu? Adakah yang bisa menggambarkan perasaan hatiku saat itu? Aku hanya memejamkan mata, berharap rasa sakit itu menghilang dengan sendirinya. Selalu menguatkan hatiku sendiri bahwa aku bisa melalui semua ini. Dan selalu mencoba untuk ikhlas dan tidak mengingat ingat hari-hari dimana sikapnya mulai berubah, hari-hari dimana waktunya sudah terbagi, hari-hari dimana aku tak merasakan kasih sayangnya lagi. Dan dengan penuh kemunafikan, aku hanya mampu berkata " Semoga hidupmu lebih bahagia dengannya, karena dengan itu maka akupun akan bahagia.". Dan sekarang dengan penuh percaya diri aku mampu berkata "Selamat tinggal untuk segalanya, kini aku jauh lebih bahagia tanpamu". 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar